Senin, 05 September 2011

Taubatnya Seorang Pezina

Seorang pemuda Arab Saudi menamatkan pendidikan menengahnya di negeri dua tanah haram itu. Lalu dia melanjutkan pendidikan tinggi di Amerika, soalnya hal itu sudah menjadi tren di kalangan sebagian masyarakat Saudi yang bermental inlandernya barat. Meski demikian dia adalah anak muda yang tumbuh dalam pendidikan Islam yang kuat, sehingga walaupun kehidupannya sedikit gaul tapi dia sangat menjaga batasan yang diharamkan dalam agama.

Suatu ketika, dia tergoda oleh bujuk rayu setan sehingga kecantikan cewek bule mampu menggetarkan birahinya. Tak ayal merekapun berzina. Memang, orang yang sudah dikuasai oleh hawa nafsu laksana budak yang hanya bisa menurut apa kata sang birahi. Begitu selesai yang ada hanyalah penyesalan, sementara setan dan sang birahi telah pergi dan siap untuk kembali lagi.
Sang pemuda sangat menyesal, karena biar bagaimanapun dia tahu bahwa zina adalah hal yang teramat diharamkan dalam Islam, bahkan hukumannya harus didera seratus kali bagi yang belum pernah menikah seperti dirinya. Apa daya, semua sudah terlanjur, nasi sudah menjadi bubur, sayangnya bubur itu hangus hingga tak bisa dimakan.

Akhirnya dia memutuskan untuk kembali ke negerinya sambil mengikuti berbagai taklim demi menghapus dosanya selama ini. Bukan main menyesalnya, padahal dia baru satu kali melakukan perbuatan terkutuk itu. Dia berusaha untuk bertaubat dan istighfar dalam setiap shalat, bahkan salat malam yang jarang-jarang dia lakukan pun kini sudah hampir tiap malam dia dirikan.

Namun begitu, semua belum terasa cukup baginya untuk menebus dosa. Pernah dia meminta kepada syekhnya untuk dilakukan hukuman dera seratus kali dan dibuang selama setahun sebagaimana yang disyariatkan dalam surah An-Nur ayat 2 dan hadits dari Ubadah bin Shamit. Tapi dia dinasehati untuk bertaubat dan minta ampun kepada Allah tiap malam.

Diapun berusaha untuk menjadi muslim yang baik sebagai bentuk taubatnya kepada Allah. Dia bertekad untuk menghafal Al-Qur`an. Suatu ketika dia mendengar kisah seorang sahabat yang kejedot tembok sampai keningnya berlumuran darah lantaran melihat seorang wanita cantik yang kemudian ketika dia adukan masalah itu kepada Nabi SAW, beliau menjawab, ”Itu adalah hukuman dari dosamu.” Dia menangis sejadi-jadinya, bagaimana hanya sekedar memandang wanita cantik saja hukumannya sudah berdarah-darah di dunia, bagaimana lagi hukuman di akhirat, padahal dia sudah melakukan lebih dari itu, yaitu ZINA.

Semakin mantap tekadnya untuk menghafal ayat-ayat Allah, hingga hafalannya sampai ke surah Al-Furqan ayat 68 (silahkan dilihat sendiri artinya). Dia menghafalkannya sampai ayat 71. Ayat tersebut menjelaskan bahwa orang yang pernah berzina akan dimasukkan ke dalam neraka dengan azab yang dilipatgandakan, kecuali mereka yang telah bertaubat barulah akan digantikan oleh Allah dengan kebaikan. Maka dia bertekad untuk membaca ayat ini dalam setiap shalat tahajjudnya.

Seringkali dia melaksanakan shalat malam dan suara tangisannya ketika membaca ayat itu terdengar oleh keluarganya yang terbangun. Dia selalu membaca surah Al-Furqan, namun sampai ayat 68, terutama pada kata (WA LAA YAZNUUN) tangisnya selalu meledak, hingga akhirnya dia tak dapat melanjutkan bacaan dan langsung ruku’. Begitu seterusnya dan terjadi berulang kali, dia selalu tak sanggup meneruskan ke ayat berikutnya dan tangisnya langsung meledak ketika sampai pada kata itu.

Sampai suatu ketika dia jatuh sakit, tapi meski demikian dia tetap tak mau meninggalkan shalat malam dan selalu membaca ayat tersebut di raka’at terakhirnya. Hingga akhirnya ajalpun menjemput ketika dia sedang bersujud di raka’at terakhir shalat malamnya.

Para pelayatpun datang ingin memberikan penghormatan terakhir. Salah seorang temannya menanyakan kepada salah satu anggota keluarganya, apa yang dia perbuat malam sebelumnya? Lalu dijawab bahwa tak ada yang aneh, hanya saja memang setiap malam dia selalu shalat dengan membaca surah Al-Furqan di atas, tapi tidak pernah selesai karena selalu mentok di ayat 68 dan dia menangis hingga tak dapat meneruskan. Tapi pada malam kemarin (ketika dia meninggal) dia sanggup meneruskan ayat itu sampai pada ayat ke 71 (silahkan buka sendiri dan artinya, bagi yang hafal dan paham maknanya insya Allah hatinya bergetar.) tanpa ada tangisan sedikitpun.

Kisah ini diceritakan oleh sahabat saya yang mulia Al-Ustadz Rapung Samuddin Ambo Lobo (yang sampai saat ini belum bergabung dengan facebook) dari kaset ceramah Syekh Al-Qahthani yang didengarnya, lalu saya lakukan sedikit dramatisasi. Mungkin kisahnya tidak terlalu persis tapi seperti itulah intinya. Nanti teman-teman sekelas saya yang kebetulan ada di fb ini bisa mengoreksi bila menemukan kesalahan.

Begitulah kisah taubat seorang yang pernah melakukan zina satu kali. Lalu bagaimana dengan yang sudah sekian kali dan belum bertaubat?!

Intinya, Allah memang maha pengampun dan maha penerima taubat, tapi sering kali kita melakukan IRJA` (terlalu berharap yang enak) dari Allah. Akibatnya, ketika melakukan satu dosa kita sering mengatakan, ”Ah besok bisa tobat kok, Allah-kan maha pengampun.” Akhirnya, kita terlena dan meremehkan dosa…..Semoga bermanfaat terutama pada diri saya pribadi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar