Kisah Ke-3
Suatu ketika, beberapa orang Qari' ( hafizh-hafizh Al-Qur'an ) dari Bashrah datang kepada Abdullah bin Abbas r.huma., dan mereka berkata, "Tetangga kami adalah orang yang shalih. Ia banyak berpuasa dan selalu sibuk mengerjakan shalat Tahajjud. Melihat ibadahnya, setiap orang di antara kami merasa iri dan berangan-angan dapat beribadah seperti yang dilakukannya. Ia telah menikahkan putrinya dengan keponakannya, akan tetapi ia tidak mempunyai biaya untuk keperluan walimahnya." Kemudian Ibnu Abbas r.huma. membawa orang-orang itu ke rumahnya. Ia membuka sebuah kotak dan mengeluarkan dari dalamnya enam kantong uang untuk diberikan kepada orang-orang itu agar disampaikan kepada orang miskin ahli ibadah tersebut. Ketika orang-orang itu hendak pergi dengan membawa enam kantong berisi uang tersebut, Ibnu Abbas r.huma. berkata kepada mereka, "Tunggu. Saya kira, ini bukanlah cara yang baik untuk menolongnya. Apabila kita memberikan uang ini kepadanya, ia akan sibuk mempersiapkan pernikahan sehingga banyak waktunya yang berharga terbuang untuk berbelanja, dan ibadahnya akan terganggu. Harta ini sangat tidak bernilai untuk menyita perhatian orang shalih seperti dia. Sebaiknya, marilah kita persiapkan pernikahan tersebut. Belilah barang-barang untuk keperluannya, kemudian berikanlah semua itu kepadanya." Mereka pun setuju dengan usul tersebut. Mereka membeli semua keperluannya, kemudian memberikannya kepada orang shalih tersebut. (Ihya").
Kisah Ke 4
Abul-Hasan Madani rah.a. berkata, "Ketika Hasan r.a., Husain r.a., dan Abdullah bin Ja'far r.a. sedang melakukan perjalanan untuk melakukan ibadah haji, di perjalanan, unta yang membawa perbekalan mereka telah terpisah dengan mereka. Maka mereka melanjutkan perjalanan dalam keadaan lapar dan haus. Pada saat mereka melewati sebuah kemah, di dalamnya terlihat seorang wanita tua. Mereka bertanya kepada wanita itu, "Apakah engkau mempunyai sesuatu untuk kami minum?" la menjawab, "Ya, ada." Maka turunlah mereka dari unta mereka. Wanita tua itu memiliki seekor kambing betina yang sangat kecil. Dengan menunjuk ke arah kambing itu, ia berkata, "Perahlah susunya kemudian minumlah sedikit-sedikit. Mereka pun memerah susunya, kemudian meminumnya. Kemudian mereka bertanya, "Adakah sesuatu untuk dimakan?" Wanita tua itu berkata, "Silakan salah seorang di antara kalian menyembelihnya. Aku akan memasakkannya." Maka salah seorang di antara mereka menyembelihnya, dan wanita tua itu memasaknya. Setelah mereka makan dan minum, pada sore harinya ketika mereka mau melanjutkan perjalanan, mereka berkata, "Kami adalah orang-orang dari Bani Hasyim. Sekarang ini kami sedang melakukan safar untuk ibadah haji. Jika kami selamat sampai ke Madinah, datanglah kepada kami, kami akan membalas kemurahan hatimu. Setelah berkata demikian, pergilah mereka. Pada sore harinya, ketika suami wanita itu datang, wanita tua kemudian menceritakan kisah orang-orang dari Bani Hasyim tersebut. Mendengar penuturan istrinya itu, suaminya sangat marah dan berkata, "Engkau telah menyembelih kambing untuk orang asing yang tidak dikenal." Istrinya menjawab, "Mereka dari Bani Hasyim." Ringkas cerita, setelah suaminya marah-marah, ia terdiam. Beberapa lama kemudian, ketika kedua suami istri tersebut didera kemiskinan, keduanya pergi ke Madinah untuk bekerja sebagai buruh. Sepanjang hari, mereka mengambil kotoran hewan dan mengeringkannya, lalu menjualnya untuk mempertahankan hidup. Pada suatu hari, ketika wanita tua itu sedang memunguti kotoran binatang, Hasan r.a. tengah duduk di depan rumahnya. Ketika wanita tua tersebut lewat, Hasan r.a. melihatnya dan mengenalinya. Kemudian Hasan r.a. menyuruh hamba sahayanya untuk memanggil wanita tua itu. Sesampainya di hadapan Hasan r.a., ia bertanya, "Wahai hamba Allah, apakah engkau mengenaliku?" Ia menjawab, "Aku tidak mengenali engkau." Hasan r.a. berkata, "Aku adalah tamumu yang pernah meminum susu kambing dan memakan dagingnya. Wanita tua itu tetap merasa belum kenal. Tetapi sejurus kemudian ia berkata, "Demi Allah, engkaukah tamuku itu?" Hasan r.a. berkata, "Ya, akulah tamumu." Dan setelah berbicara seperti itu, Hasan r.a. menyuruh hamba sahayanya membeli kambing sebanyak seribu ekor untuk diberikan kepada wanita tua tersebut. Di samping memberi seribu kambing, Hasan r.a. juga memberinya seribu dinar. Lalu Hasan r.a. menyuruh hamba sahayanya untuk membawa wanita tua itu menemui adiknya, Husain r.a.. Husain r.a. bertanya, "Balasan apa yang diberikan oleh kakakku, Hasan?" Ia menjawab, "Seribu ekor kambing dan seribu dinar." Setelah mendengar jawaban itu, Husain r.a. juga menyerahkan pemberian yang sama sebagaimana yang diberikan oleh kakaknya. Setelah itu, ia diantar kepada Abdullah bin Ja'far r.a.. Ia pun menyelidiki apa yang telah diberikan oleh kedua cucu Rasulullah saw. tersebut, dan setelah mengetahuinya, ia memberikan kepada wanita tua itu dua ribu kambing dan dua ribu dinar, dan ia berkata, "Jika engkau datang kepadaku terlebih dahulu, aku akan memberimu lebih dari ini. Lalu wanita tua itu menyerahkan empat ribu ekor kambing dan empat ribu dinar kepada suaminya sambil berkata, "Ini adalah ganti dari kambing kita yang lemah itu." ( Kitab Ihya” ).
Note : Adakah hari ini orang Islam yang penuh kasih sayang dan dermawan seperti tiga orang sahabat ini ?? Yang ada sekarang adalah orang Islam yang kalo bersedekah, namanya ingin dikenal. Lalu kadang2 setelah memberi, di kemudian hari mengungkit-ungkit lagi pemberiannya itu atau menyakiti hati si penerima. Atau jangankan memberi, memberi pinjaman saja amat berat hati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar