Senin, 05 September 2011

HUKUM VALENTINE DAY

Assalamu'alaikum

"Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang2 dimuka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah, mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah)." (Al-an'am : 116)

Di hari-hari ini, sesekali pergilah ke mall atau supermarket besar yang
ada di kota Anda. Lihatlah interior mall atau supermarket tersebut. Anda
pasti menjumpai interiornya dipenuhi pernak-pernik apakah itu berbentuk
pita, bantal berbentuk hati, boneka beruang, atau rangkaian bunga yang
didominasi dua warna: pink dan biru muda.

Dan Anda pasti paham, sebentar lagi kebanyakan anak-anak muda seluruh
dunia akan merayakan Hari Kasih Sayang atau yang lebih tenar distilahkan
dengan Valentine Day.

Momentum ini sangat disukai anak-anak remaja, terutama remaja perkotaan.
Karena di hari itu, 14 Februari, mereka terbiasa merayakannya bersama
orang-orang yang dicintai atau disayanginya, terutama kekasih. Valentine
Day memang berasal dari tradisi Kristen Barat, namun sekarang momentum
ini dirayakan di hampir semua negara, tak terkecuali negeri-negeri Islam
besar seperti Indonesia.

Sayangnya, tidak semua anak-anak remaja memahami dengan baik esensi dari
Valentine Day. Mereka menganggap perayaan ini sama saja dengan
perayaan-perayaan lain seperti Hari Ibu, Hari Pahlawan, dan sebagainya.
Padahal kenyataannya sama sekali berbeda.

Hari Ibu, Hari Pahlawan, dan semacamnya sedikit pun tidak mengandung
muatan religius. Sedangkan Valentine Day sarat dengan muatan religius,
bahkan bagi orang Islam yang ikut-ikutan merayakannya, hukumnya bisa
musyrik, karena bila dilihat dari asal muasal dan tujuannya.

KEPENTINGAN BISNIS

Kalau pun Hari Valentine masih dihidup-hidupkan hingga sekarang, bahkan
ada kesan kian meriah, itu tidak lain dari upaya para pengusaha yang
bergerak di bidang pencetakan kartu ucapan, pengusaha hotel, pengusaha
bunga, pengusaha penyelenggara acara, dan sejumlah pengusaha lain yang
telah meraup keuntungan sangat besar dari event itu.

Mereka sengaja, lewat kekuatan promosi dan marketingnya, meniup-niupkan
Hari Valentine Day sebagai hari khusus yang sangat spesial bagi orang
yang dikasihi, agar dagangan mereka laku dan mereka mendapat laba yang
amat sangat besar. Inilah apa yang sering disebut oleh para sosiolog
sebagai industrialisasi agama, di mana perayaan agama oleh kapitalis
dibelokkan menjadi perayaan bisnis.

HAL - HAL YANG HARUS DIBERI PERHATIAN

dalam hal valentine itu perlu dipahami secara mendalam, terutama dari kaca mata agama (islam) sebagai pandangan hidup, berikut ini beberapa hal yang harus dipahami didalam masalah valentine

1. Prinsip Dasar
Valentine day adalah suatu perayaan yang berdasarkan kepada pesta jamuan bangsa romawi kuno dimana setelah mereka masuk agama nasrani maka berubah menjadi acara keagamaan, yang berkaitan dengan st valentine

2. Sumber Asasi
Valentine jelas bukan bersumber dari islam, melainkan dari kekuatan fikiran manusia yang diteruskan oleh pihak gereja. oleh karena itulah, berpegang kepada rasional manusia semata-mata, tetapi jika tidak berdasarkan kepada islam (Allah), maka ia akan tertolak, firman Allah swt :
"Orang2 yahudi dan nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka katakanlah, sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk yang sebenarnya, dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemahuan mereka setelah pengetahuan datang padamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.

3. Tujuan

Tujuan menciuptakan dan mengungkapkan rasa kasih sayang dibumi persada adalah baik, tetapi bukan semenit untuk sehari,dan sehari untuk setahun, dan bukan pula berarti kita harus berkiblat kepada valentine day, dan seolah- olah meninggikan agama lain diatas agama islam,. Islam diutuskan kepda umatnya untuk berkasih sayang dan menjalin persaudaraan yang abadi dibawah naungan Allah yang maha pengasih dan penyayang bahkan sabda Rasulullah saw :
"tidak beriman salah seorang diantara kamu sehingga ia cinta kepada saudaranya, seperti cintanya kepada diri sendiri."

4. Operasional
Pada umumnya acara valentine day diadakan dalam bentuk pesta dan hura hura perhatikan firman Allah:

"Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada dibumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, sesungguhnya Dia (Allah) maha perkasa lagi maha bijak." (Al-Anfal : 63)

Sudah jelas apapun dasarnya, kita tidak dapat menerima kebudayaan import dari luar yang nyata2 bertentangan dengan keyakinan (aqidah) kita, janganlah kita mengotori akidah kita dengan toleransi dan setia kawan, karena kalau dikatan toleransi, ISLAMLAH YANG PALING TOLERANSI DIDUNIA,

Perayaan Hari Valentine memuat sejumlah pengakuan atas klaim dogma dan ideologi Kristiani seperti mengakui Yesus sebagai Anak Tuhan dan lain sebagainya. Merayakan Valentine Day berarti pula secara langsung atau tidak, ikut mengakui kebenaran atas dogma dan ideologi Kristiani tersebut, apa pun alasanya.

Nah, jika ada seorang Muslim yang ikut-ikutan merayakan Hari Valentine, maka diakuinya atau tidak, ia juga ikut-ikutan menerima pandangan yang mengatakan bahwa Yesus sebagai Anak Tuhan dan sebagainya yang di dalam Islam sesungguhnya sudah termasuk dalam perbuatan musyrik, menyekutukan Allah SWT, suatu perbuatan yang tidak akan mendapat ampunan dari Allah
SWT. Naudzubillahi min dzalik!

"Barang siapa meniru suatu kaum, maka ia termasuk dari kaum tersebut",
Demikian bunyi hadits Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Tirmidzi.

Ibnul Qayyim Al-Jauziyah rahimahullah juga berkata, Memberi selamat atas acara ritual orang kafir yang khusus bagi mereka, telah disepakati bahwa perbuatan tersebut haram. Semisal memberi selamat atas hari raya dan puasa mereka, dengan mengucapkan, Selamat hari raya! dan sejenisnya.
Bagi yang mengucapkannya, kalau pun tidak sampai pada kekafiran, paling tidak itu merupakan perbuatan haram. Berarti ia telah memberi selamat atas perbuatan mereka yang menyekutukan Allah. Bahkan perbuatan tersebut lebih besar dosanya di sisi Allah dan lebih dimurkai dari pada memberi
selamat atas perbuatan minum khamar atau membunuh. Banyak orang yang kurang mengerti agama terjerumus dalam suatu perbuatan tanpa menyadari buruknya perbuatan tersebut. Ia telah menyiapkan diri untuk mendapatkan kemarahan dan kemurkaan Allah.

Allah SWT sendiri di dalam Quran surat Al-Maidah ayat 51 melarang umat
Islam untuk meniru-niru atau meneladani kaum Yahudi dan Nasrani, "Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan
Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin
bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka
menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka.
Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim."
Wallahu'alam bishawab.]

dari berbagai sumber untuk renungan kami pribadi dan kita semua pada umumnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar