Ketika Nabi Muhammad SAW mulai berdakwah Islam di Makkah, terdapat tiga inti pesan-pesan yang beliau dakwahkan,
• Bahwasanya tidak ada tuhan selain Allah SWT. Hanya Dia yang patut disembah. Janganlah mengada-adakan sekutu bagi-Nya dalam bentuk apapun. Pada waktu itu, penduduk Makkah tidak berkeberatan untuk beribadah kepada Tuhan Yang Esa, namun mereka menghendaki adanya sekutu di sisi-Nya. Walaupun demikian, mereka tidak sanggup melawan Nabi Muhammad SAW dengan cukup kuat untuk memberikan keuntungan bagi pandangan mereka itu.
• Inti dakwah yang ke-dua adalah, Nabi Muhammad SAW menyerukan “Aku adalah Rasul (Utusan/pembawa risalah) dari Allah SWT.” Masyarakat Makkah tidak bersedia menerima kenyataan ini, tetapi mereka tidak memiliki alasan apapun untuk mengatakan kepada orang lain bahwa Nabi Muhammad SAW tidak mengatakan yang sebenarnya, karena mereka telah sejak lama mengenal beliau sebagai Al-Amin (yang terpercaya). Maka, orang-orang Makkah tidak bisa melakukan seruan yang berlawanan dengan risalah baru ini.
• Ke-tiga, Nabi Muhammad SAW menyerukan, “Kelak akan tiba Hari Pembalasan dan manusia akan menerima catatan perhitungan amal perbuatan mereka. Mereka menerima ganjaran/pahala ataukah siksa sesuai dengan timbangan amal perbuatan mereka pada Hari Pembalasan.” Pesan inilah yang mendasari penduduk Makkah untuk menyanggah ‘habis-habisan’ risalah baru ini. Sanggahan mereka kepada Rasulullah SAW itu diabadikan oleh Allah SWT didalam Al-Qur’an Surat Al-Waqiah ayat 47, 48:
Dan mereka selalu berkata: “Apakah benar!? setelah kami mati dan menjadi debu dan tulang-belulang kemudian kami dihidupkan kembali? Dan begitu pun dengan nenek-moyang kami (juga dibangkitkan)?!”
Orang-orang Makkah tidak hanya melontarkan pertanyaan ketidak-percayaan seperti itu, mereka pun menertawakan dan berolok-olok terhadap peringatan yang disampaikan Rasulullah SAW dan bahkan mengatakan bahwa beliau telah gila. Allah SWT menjawab pertanyaan mereka itu dalam kelanjutan Surat Al-Waqi’ah Ayat 49~56
Katakanlah (wahai Muhammad SAW), sesungguhnya (dibangkitkan oleh Allah) mereka itu dari umat terdahulu hingga umat yang terkemudian. Semua akan dihimpun bersama-sama pada hari yang telah dipermaklumkan. Kemudian, sesungguhnya bagi kamu, wahai orang yang sesat lagi mendustakan, niscaya akan makan dari pohon zaqqum, yang akan memenuhi perutmu. Lalu kamu meminum air yang sangat panas. Kamu minum air itu bagaikan onta yang sangat haus. Itulah hidangan untuk mereka di Hari Pembalasan.
Kata ‘Nuzul’ mempunyai arti hidangan selamat datang bagi tamu yang baru tiba. Dengan demikian ‘Nuzuluhum’ berarti hidangan ini barulah sajian awal dalam rangka menyambut kedatangan mereka (orang-orang yang sesat lagi mendustakan). Apa-apa yang selanjutnya akan mereka dapatkan jauh lebih tak tertahankan.
Para penduduk Makkah waktu itu pun terbiasa mengatakan sebagaimana diabadikan Allah SWT dalam surat Al-Mulk Ayat 25,
Bilakah datangnya hari itu jika perkataanmu sungguh benar adanya?
Allah SWT memberikan jawaban-Nya pada ayat selanjutnya, Surat Al-Mulk Ayat 26,
Katakanlah (wahai Muhammad)! Sesungguhnya pengetahuan atas hari itu ada pada Allah semata. Dan sesungguhnya aku hanyalah sebagai pemberi peringatan yang jelas.
Pertanyaan-pertanyaan menyangkut Hari Pembalasan yang sedemikian itu oleh orang-orang Makkah biasa dilontarkan berulang-kali sebagai olok-olok. Allah SWT juga menjawab olok-olok mereka itu dengan firman-Nya didalam Surat An-Naba’ Ayat 4, 5.
Sekali-kali tidak, kelak mereka akan mengetahui. Selanjutnya, sekali-kali tidak, kelak mereka akan mengetahui.
Maksud dari ayat ini adalah, bahwa mereka akan segera mengetahui pada saat menjelang ajal, yang disebut sebagai saat Sakaratul Maut, dan di alam (periode) Barzah, yakni waktu antara saat kematian hingga tibanya Hari Pembalasan. Begitu juga, nanti mereka akan mengetahui sekali lagi pada saat berhadapan dengan Pengadilan Akhirat di Hari Pembalasan.
Adakalanya pula, Allah SWT memberikan jawaban yang sangat rinci agar kita memahami bahwa segala sesuatunya tidak ada yang sulit bagi Allah SWT untuk melaksanakan Hari Pembalasan. Marilah kita perhatikan firman-Nya dalam Surat An-Naba’ Ayat 6~16 berikut ini.
Bukankah telah Kami (Allah) ciptakan bumi sebagai hamparan yang terbentang luas, Dan gunung-gunung sebagai pancang-pancang yang kokoh. Dan Kami ciptakan kamu berpasang-pasangan, dan Kami jadikan tidurmu untuk beristirahat, dan Kami jadikan malam sebagai selimut, dan siang hari untuk penghidupanmu. Dan bukankah telah Kami ciptakan di atasmu tujuh langit yang kokoh, dan Kami letakkan padanya sinar yang terang-benderang. Dan bukankah telah Kami turunkan dari awan, air yang tercurah agar Kami tumbuhkan dengan air itu biji-bijian dan tumbuh-tumbuhan. Dan kebun-kebun yang tumbuh begitu lebat?
Dengan demikian Allah SWT menegaskan bahwa, jika Dia dapat melakukan semua hal yang disebutkan-Nya itu, manalah mungkin Dia tidak sanggup mendatangkan Hari Pembalasan! Sebagai contoh, Allah SWT memberi kita nikmat berupa tidur yang dapat mengembalikan kesegaran kita secara menyeluruh. Walaupun adakalanya seseorang mencoba untuk menghindari tidur, pastilah akan tiba saatnya ia tertidur atas kemurahan Allah SWT. Setelah terbangun dari tidurnya yang alami itu ia akan menjadi lebih bugar dan bertenaga. Manalah mungkin, Allah SWT yang sanggup memberi hadiah tak ternilai yang sedemikian rupa kepada manusia, tidak sanggup menyelenggarakan Hari Pembalasan? Tentu sangat mungkin sekali! Sebenarnya, masing-masing hal yang disebutkan diatas perlu diberi ulasan serupa. Namun, demi ringkasnya, kita akan melanjutkan melihat beberapa penggambaran tentang Hari Pembalasan.
Nabi Muhammad SAW telah membawakan berita gembira kepada manusia dan peringatan perihal adanya siksa pada Hari Pembalasan, bagi mereka yang tidak mengikuti petunjuk Allah SWT. Umat Muslim percaya sepenuhnya akan adanya Hari Pembalasan walaupun mereka belum pernah melihatnya. Atas kasih-sayang Allah SWT, telah dijelaskan-Nya kepada kita berbagai penggambaran Hari Pembalasan agar kita dapat memahami dan memperoleh petunjuk. Terlebih dahulu marilah kita melihat penggambaran yang diberikan Allah SWT didalam Surat Ath-Thuur Ayat 17~20.
Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa (muttaqin) berada didalam Surga dan kenikmatan, mereka bersuka-ria dengan apa yang telah dianugerahkan oleh Tuhan mereka, dan karena Tuhan mereka telah menyelamatkan mereka dari api neraka. (kepada mereka akan dikatakan), “Makan dan minumlah sepuas kalian, sebagai balasan atas amal kebajikan yang telah kamu kerjakan”. Mereka akan bersandar santai diatas tahta yang tersusun berderetan, dan Kami kawinkan mereka dengan bidadari-bidadari cantik bermata elok berbinar.
Hal Serupa difirmankan Allah SWT didalam Surat Al-Haqqah Ayat 19~24:
Adapun orang-orang yang diberi catatan perbuatan dari sebelah kanannya, maka mereka berkata kepada yang lain, “Ambillah, bacalah kitabku ini! Sesungguhnya aku dahulu selalu yakin bahwa kelak aku pasti akan menemui hisab terhadap diriku.” Maka orang itu akan berada dalam kehidupan yang penuh ridha, didalam surga yang tinggi, (dimana) buah-buahan begitu rendah dan dekat. (kepada mereka dikatakan) “Makan dan minumlah dengan senyaman-nyamannya disebabkan apa-apa yang telah kamu kerjakan di hari-hari yang telah lalu.”
Begitu pula didalam Surat Yaasin Ayat 55~58, Allah SWT berfirman,
Sesungguhnya, para penghuni Surga pada hari itu akan sibuk dengan segala hal yang nyaman dan menyenangkan. Mereka bersama pasangan-pasangan mereka bersantai dengan nyamannya bersandar di atas dipan-dipan. Di surga mereka memperoleh buah-buahan dan apa saja yang mereka minta. (Dan kepada mereka dikatakan) "Salam" sebagai ucapan selamat dari Tuhan Yang Maha Penyayang.
Menurut ayat ini, ketika para penghuni Surga akan memperoleh semua ganjaran dari Allah SWT, merekapun ditanya oleh Allah SWT, “Wahai hamba-hambaku yang ta’at, adalagi-kah yang engkau inginkan?” Merekapun menjawab, “Duhai Allah! Puji syukur kami bagi-Mu, kami telah memiliki segalanya.” Allah SWT pun akan berkata kepada para penghuni Surga ini, “Akan Ku berikan kepada kamu sesuatu yang jauh lebih berharga dari semua ganjaran yang telah kamu terima.” Pada saat itu mereka akan tergetar gembira dan mendapatkan kehormatan berjumpa dengan Allah SWT dan Allah SWT menyapa mereka dengan Salam.
Begitu pula, Allah SWT menguraikan beberapa penggambaran Hari Pembalasan yang menerangkan kepada kita perihal siksa yang ditimpakan kepada para pelaku dosa-dosa. Misalnya, Firman Allah SWT dalam Surat Al-Mulk Ayat 6~10,
Dan bagi orang-orang yang kafir (menentang) kepada Tuhan mereka, akan memperoleh siksa Neraka Jahannam, itulah seburuk-buruk tempat kembali. Ketika mereka dilemparkan kedalam neraka, mereka mendengar suara mengerikan gemuruh menggelegak. Seolah neraka itu hampir pecah karena marah. Setiap kali sekelompok orang-orang kafir dilemparkan kedalam neraka, penjaga neraka bertanya kepada mereka, “Tidak-kah pernah datang kepada kalian seorang pemberi peringatan semasa hidup kalian di dunia? Mereka pun menjawab, “Benar, sesungguhnya telah datang kepada kami seorang pemberi peringatan, namun kami mendustakannya dan kami katakan kepadanya: "Allah tidak menurunkan sesuatupun, dan kamu hanyalah seseorang yang teramat sesat". Seandainya saja kami mau mendengarkan perkataannya dan menggunakan akal kami, tentulah kami tidak akan berada diantara para penghuni Neraka.”
Allah SWT juga berfiman didalam Surat Al-Haqqah Ayat 25~29,
Dan bagi yang diberikan catatan dari sebelah kirinya, berkatalah ia, “Duhai, alangkah baiknya kiranya tidak diberikan kepadaku kitabku (ini). Dan aku tidak mengetahui hisab terhadap diriku. Duhai sekiranya kematian itu adalah akhir dari segalanya. Hartaku telah tiada menguntungkanku sedikitpun, dan begitupun dengan kekuasaanku (yang membawaku kepada kehancuranku) telah sirna.”
Alasan diberlakukan siksa neraka juga dijelaskan Allah SWT didalam Surat Al-Mudatstsir Ayat 40~48,
Para penghuni surga akan bertanya-tanya, perihal mereka yang telah berdosa, “Apakah yang menyebabkanmu menghuni neraka?” Mereka yang berdosa akan menjawab, “Karena kami bukan termasuk mereka yang shalat, dan bukan pula dari mereka yang memberi makan orang miskin, kami dahulu terbiasa membicarakan kebathilan bersama-sama mereka yang suka membicarakannya, dan kami mengingkari adanya Hari Pembalasan sampai datang kepada kami kematian.” Maka pada hari itu tidak berguna lagi bagi mereka syafa’at dari para pemberi syafa’at.
Penggambaran-penggambaran Surga dan Neraka di atas ditujukan sebagai peringatan yang amat penting. Kunci untuk masuk Surga tidak dapat kita peroleh hanya dengan jalan kita berbuat kebajikan. Hanya melalui Pertolongan dan Kasih Sayang Allah SWT kita mendapatkannya.
Saya berdoa kepada Allah SWT semoga kita diwafatkan sebagai Muslim dan dimasukkan-Nya kita kedalam golongan para Ahli Surga. Amiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar