Jalan Yang Lurus Adalah Jalan Dakwah
Oleh Mahodum Hsb
Setiap hari kita minta kepada Allah SWT agar ditunjukkan jalan yang lurus (Shirothol Mustaqim) 17 kali dalam shalat yakni jalan orang yang diberikan nikmat kepada mereka.
Banyak orang yang salah paham menyangka bahwa orang yang diberi nikmat atas mereka adalah :
Manusia dari miskin menjadi kaya dikatakan mendapat nikmat
Mahasiswa lulus dalam ujian dengan nilai A dikatakan mendapat nikmat
Orang yang pengangguran dapat kerja dikatakan mendapat nikmat
Orang yang bekerja naik jabatan dikatan mendapat nikmat
Orang yang belum menikah dapat jodoh dikatakan mendapat nikmat
Orang yang punya istri 4 dikatakan mendapat nikmat
Sebenarnya orang yang diberi nikmat atas mereka adalah orang yang Allah SWT maksud dalam Surat An Nisaa' 69 yaitu : Para Nabi, shiddiiqiin, syuhada dan sholihin.
Allah SWT berfirman :
Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya. (QS. An Nisaa' 69)
Jalannya para Nabi adalah dakwah
Allah SWT berfirman :
Katakanlah ((Kekasih Ku Muhammad SAW) : "Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik." (QS. Yusuf 108)
Jalannya para shiddiiqiin adalah dakwah. Salah satunya Abu Bakar siddiq, beliau juga senantiasa buat dakwah.
Jalannya para syuhada adalah dakwah. Para syuhada sebelum memerangi musuh yang ada disebuah daerah buat dakwah dulu.
Jalannya para sholihin adalah dakwah. Termasuk diantara orang sholihin adalah Imam Hanafi, Maliki, Safi’i dan Hambali mereka semua buat dakwah.
Jadi, jalan yang lurus yang senantiasa kita minta paling minimal 17 kali dalam shalat adalah jalan dakwah. Didalam ayat Yusuf 108 dikatakan sabili (Jalan) ini tunggal maknanya tidak ada lagi jalan yang lain. Selain mengajak kepada Allah (Dakwah). Kalau kita masih mencoba jalan lain untuk sampai kepada Allah SWT, sampai kapan pun kita tidak akan pernah sampai. Selain jalan Dakwah.
Ciri-ciri dakwah cara Nabi SAW adalah :
1. Tidak minta upah
“Ikutilah orang yang tiada minta balasan kepadamu; dan mereka adalah orang-orang yang mendapat petunjuk”. (QS. Yaasiin 21)
2. Mendatangi umat bukan menunggu
“tiada datang seorang rasulpun kepada mereka melainkan mereka selalu memperolok-olokkan”. (QS. Yaasiin 30)
Bahkan di dalam surat Al Mulk dikatakan kepada ahli neraka sebelum masuk ke dalam neraka : Alam Ya’tikum Nadzir apakah belum datang pemberi peringatan kepada kamu ?
"Apakah belum pernah datang kepada kamu (di dunia) seorang pemberi peringatan?" (QS. Al Mulk 8)
Jadi, seorang dai itu datang kepada umat bukan didatangi umat.
Seperti air hujan. Air hujan itu turun dimana-mana tempat, di gunung, di gurun, di desa, di kota, di darat bahkan dilautan pun hujan tetap turun walau pun lautan itu adalah air. Dai pun begitu dakwah di di gunung, di gurun, di desa, di kota, di darat bahkan ditempat yang sudah hidup suasana agama pun harus tetap buat dakwah.
Sebagaimana Ibrahim as. Seolah hendak katakan : Biarlah badan saya terbakar asalkan perinta Allah SWT tidak terbakar, atau biarlah anak saya terpotong asalkan agama tidak terpotong.
Kitapun harus teriak : Biarlah anak istri kami bersedih karena ditinggal kerja dakwah asalkan Allah dan Rasul-Nya senang.
Jalan Yang lurus itu adalah jalan dakwah dan siapa saja berkewajiban buat dakwah
Seorang mewariskan hartanya kepada 3 anaknya. Salah seorang anaknya dipenjara, yang satu polisi dan yang satu lagi ulama. Apakah anak yang dipenjara mendapat warisan yang sama? Sebelum anaknya murtad dan membunuh ayahnya maka anak dipenjara tetap dapat warisan.
Kalau ada orang yang berani mengatakan bahwa anak yang dipenjara tak berhak akan warisan maka berarti ia telah merampas hak anaknya itu.
Begitu pula hari ini Umat Islam diwariskan kerja menyebarkan agama keseluruh alam, Walaupun ia seorang pencuri, penzinah dsb.
Kalau ada yang berani mengatakan : Hai Pelacur kamu tak boleh berdakwah, Hai penzinah, koruptor kamu tak boleh Dakwah, maka ini berarti ia telah merampas hak orang itu.
Harusnya kita katakan kepada mereka : Hai Pelacur ! Hai Koruptor ! kalian semua wajib berdakwah nanti Allah SWT akan perbaiki kehidupan kamu sebagai mana Firman Allah SWT
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. (QS. Al Ahzab 70-71)
Kita sudah tahu jalan yang lurus itu adalah dakwah...
Apakah kita tidak mau juga buat dakwah...?
Apakah kita tidak mau juga meluangkan waktu 3 hari untuk belajar usaha dakwah...?
Banyak orang yang salah paham menyangka bahwa orang yang diberi nikmat atas mereka adalah :
Manusia dari miskin menjadi kaya dikatakan mendapat nikmat
Mahasiswa lulus dalam ujian dengan nilai A dikatakan mendapat nikmat
Orang yang pengangguran dapat kerja dikatakan mendapat nikmat
Orang yang bekerja naik jabatan dikatan mendapat nikmat
Orang yang belum menikah dapat jodoh dikatakan mendapat nikmat
Orang yang punya istri 4 dikatakan mendapat nikmat
Sebenarnya orang yang diberi nikmat atas mereka adalah orang yang Allah SWT maksud dalam Surat An Nisaa' 69 yaitu : Para Nabi, shiddiiqiin, syuhada dan sholihin.
Allah SWT berfirman :
Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya. (QS. An Nisaa' 69)
Jalannya para Nabi adalah dakwah
Allah SWT berfirman :
Katakanlah ((Kekasih Ku Muhammad SAW) : "Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik." (QS. Yusuf 108)
Jalannya para shiddiiqiin adalah dakwah. Salah satunya Abu Bakar siddiq, beliau juga senantiasa buat dakwah.
Jalannya para syuhada adalah dakwah. Para syuhada sebelum memerangi musuh yang ada disebuah daerah buat dakwah dulu.
Jalannya para sholihin adalah dakwah. Termasuk diantara orang sholihin adalah Imam Hanafi, Maliki, Safi’i dan Hambali mereka semua buat dakwah.
Jadi, jalan yang lurus yang senantiasa kita minta paling minimal 17 kali dalam shalat adalah jalan dakwah. Didalam ayat Yusuf 108 dikatakan sabili (Jalan) ini tunggal maknanya tidak ada lagi jalan yang lain. Selain mengajak kepada Allah (Dakwah). Kalau kita masih mencoba jalan lain untuk sampai kepada Allah SWT, sampai kapan pun kita tidak akan pernah sampai. Selain jalan Dakwah.
Ciri-ciri dakwah cara Nabi SAW adalah :
1. Tidak minta upah
“Ikutilah orang yang tiada minta balasan kepadamu; dan mereka adalah orang-orang yang mendapat petunjuk”. (QS. Yaasiin 21)
2. Mendatangi umat bukan menunggu
“tiada datang seorang rasulpun kepada mereka melainkan mereka selalu memperolok-olokkan”. (QS. Yaasiin 30)
Bahkan di dalam surat Al Mulk dikatakan kepada ahli neraka sebelum masuk ke dalam neraka : Alam Ya’tikum Nadzir apakah belum datang pemberi peringatan kepada kamu ?
"Apakah belum pernah datang kepada kamu (di dunia) seorang pemberi peringatan?" (QS. Al Mulk 8)
Jadi, seorang dai itu datang kepada umat bukan didatangi umat.
Seperti air hujan. Air hujan itu turun dimana-mana tempat, di gunung, di gurun, di desa, di kota, di darat bahkan dilautan pun hujan tetap turun walau pun lautan itu adalah air. Dai pun begitu dakwah di di gunung, di gurun, di desa, di kota, di darat bahkan ditempat yang sudah hidup suasana agama pun harus tetap buat dakwah.
Sebagaimana Ibrahim as. Seolah hendak katakan : Biarlah badan saya terbakar asalkan perinta Allah SWT tidak terbakar, atau biarlah anak saya terpotong asalkan agama tidak terpotong.
Kitapun harus teriak : Biarlah anak istri kami bersedih karena ditinggal kerja dakwah asalkan Allah dan Rasul-Nya senang.
Jalan Yang lurus itu adalah jalan dakwah dan siapa saja berkewajiban buat dakwah
Seorang mewariskan hartanya kepada 3 anaknya. Salah seorang anaknya dipenjara, yang satu polisi dan yang satu lagi ulama. Apakah anak yang dipenjara mendapat warisan yang sama? Sebelum anaknya murtad dan membunuh ayahnya maka anak dipenjara tetap dapat warisan.
Kalau ada orang yang berani mengatakan bahwa anak yang dipenjara tak berhak akan warisan maka berarti ia telah merampas hak anaknya itu.
Begitu pula hari ini Umat Islam diwariskan kerja menyebarkan agama keseluruh alam, Walaupun ia seorang pencuri, penzinah dsb.
Kalau ada yang berani mengatakan : Hai Pelacur kamu tak boleh berdakwah, Hai penzinah, koruptor kamu tak boleh Dakwah, maka ini berarti ia telah merampas hak orang itu.
Harusnya kita katakan kepada mereka : Hai Pelacur ! Hai Koruptor ! kalian semua wajib berdakwah nanti Allah SWT akan perbaiki kehidupan kamu sebagai mana Firman Allah SWT
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. (QS. Al Ahzab 70-71)
Kita sudah tahu jalan yang lurus itu adalah dakwah...
Apakah kita tidak mau juga buat dakwah...?
Apakah kita tidak mau juga meluangkan waktu 3 hari untuk belajar usaha dakwah...?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar