Lahir tahun 1953 di Linz kota di Austria, saya menghabiskan masa
kecil saya di Munich (Jerman) sampai kami pindah ke Salzburg (Austria)
ketika saya berusia 16 tahun.
Saya dibesarkan dengan cara Kristen konservatif. Orang tua saya orang
Kristen Protestan yang ketat, yang percaya pada Alkitab dan berdoa
kepada Yesus sebagai anak Tuhan. Mereka mendidik saya untuk menjaga
standar yang tinggi dalam moral dan etika.
Setelah saya lulus SMA, saya mulai mempelajari biologi dan secara
parallel saya juga bekerja ‘setengah hari’, di Universitas Salzburg.
Karena saya tidak ikut berpartisipasi dalam kegiatan Kristen dari
gereja Protestan, orang tua saya kemudian mengatur saya untuk
berhubungan dengan gereja evangelis, ‘Pembaptis masyarakat’ (sebuah
gereja Kristen perwakilandari gereja yang terkenal berpengaruh di
Amerika Serikat).
Saya di sana menjadi anggota aktif dan bahkan menjadi pemimpin
kelompok mahasiswa. Saya mempelajari Alkitab beberapa kali dan percaya
pada dogma Yesus sebagai anak dan bagian dari Tuhan, dan keselamatan
semua umatnya karena adanya penghapusan dosa hanya dengan pengorbanan
Yesus di salib.
Tetapi beberapa tahun kemudian, masih di komunitas yang sama, saya
mulai memiliki keraguan , saya tidak bisa lagi menerima dasar iman
Kristen , karena bertentangan dengan penalaran logika saya. Meskipun
saya berulang kali diberitahu bahwa ini adalah misteri Allah dan ini
masalah iman . Tapi aku bersikeras bahwa aku hanya bisa percaya bahwa
Yesus adalah manusia dan ia hanya seorang nabi yang punya hubungan
khusus dengan Allah, yang ditugaskan menyampaikan kepada umat tentang
ajaran kehidupan dan ajaran-ajarannya.
Saya menikah dengan seorang pria dari gereja Pembaptis dan saya
menyelesaikan studi hingga mencapai gelar doktor. Dari pernikahan itu
saya dianugerahkan dua anak , tetapi kami bercerai dan saya meninggalkan
gereja Pembaptis, juga karena keraguan saya tentang dasar agama
Kristen.
Aku harus mencari pekerjaan penuh waktu, karena aku sendirian
bertanggung jawab untuk anak-anak saya, tapi alhamdulillah saya mendapat
pekerjaan yang sangat baik di Universitas Salzburg. Aku puas untuk
mendapatkan hasil jerih payah sendiri untuk memastikan independensi
keuangan.
Pengetahuan saya tentang Islam saat itu hanyalah prasangka buruk
persis yang diceritakan para pendeta Kristen dan juga diperkuat oleh
media.
Aku menikah untuk kedua kalinya dan aku masih mencari kebenaran.
Namun pernikahan kedua itu lagi berubah menjadi bencana dan akhirnya
pernikahan kedua inipun diakhiri dengan perceraian. Sama seperti pada
kasus pertama, alasan perceraian adalah bahwa suami saya mengambil
manfaat dari posisi saya, uang dan keinginan saya untuk harmonis. Dia
tidak mendukung saya dengan keuangan, bantuan praktis atau bahkan
bantuan psikologis atau membantu merawat bagi anak-anak. Tapi saat ini,
aku sudah merdeka dengan dasar yang kuat dalam hidup saya: saya telah
menjadi profesor di universitas itu dengan tanggung jawab yang besar
untuk pekerjaan saya.
Karena saya tidak menemukan kebahagiaan dalam kehidupan pribadi saya,
tapi terus-menerus dipenuhi dengan pekerjaan ganda, pekerjaan,
anak-anak dan rumah tangga, saya menderita depresi kelelahan selama
beberapa tahun. Saya hanya terus berjalan dalam bahtera kehidupan antara
tanggung jawab membina anak-anak saya dan pekerjaan saya.
Setelah perceraian kedua saya tinggal bersama dengan seorang pria
yang jauh lebih muda selama 9 tahun tanpa menikah, seperti yang biasa
dilakukan di dunia barat. Ketika dia meninggalkan saya karena ada
wanita yang lebih muda, saya mulai menata kembali hidup saya sebagai
single , sendiri dan sendiri , tanpa berharap akan ada pria lagi. Aku
punya pekerjaan yang baik, anak-anak sudah menjelang dewasa, apartemen
yang bagus, mobil, dan hobi seperti mendaki gunung, ski .. Saya bisa
berdiri di atas kedua kakiku sendiri. Tapi aku tidak menyerah mencari
kebenaran.
Saya tidak pernah punya kontak dengan agama dan saya tidak ingin
berhubungan dengan orang-orang ini, karena tampaknya mereka yang mengaku
beragama terkesan “menakutkan dan kaku” .
September 2002, ketika saya dibujuk oleh seorang teman untuk
menghabiskan seminggu liburan . akhirnya saya setuju, dan kami harus
memesan penerbangan di menit terakhir dan menemukan tawaran yang sangat
murah untuk travel ke Mesir. Tujuan saya adalah untuk bersantai,.
Satu-satunya urusan saya sama sekali tidak tertarik adalah untuk bertemu
seorang pria lagi di manapun.
Malam pertama di hotel yang sangat indah dan aku pergi ke restoran
prasmanan untuk makan malam, ketika aku melihat Walid , seorang pria
lokal untuk pertama kalinya, seorang juru masak di hotel dan kelak
menjadi suami saya yang ‘ketiga’ nantinya. Saat mata kami bertemu, kok
aku jatuh cinta ya . Walid mengatakan hal yang sama kemudian. Kami tidak
berkomunikasi selama dua hari lagi sampai Walid mulai menulis surat.
Salah satu saran pertama ia mengusulkan kepada saya adalah bahwa kita
harus menikah. Sisa liburan seminggu saya ini tidak cukup waktu membuat
keputusan , pikiran saya untuk prasangka baik dan banyak keraguan
bergejolak di kepala saya dan bertempur dengan adanya rasa kasih sayang
dalam hati saya.
Lalu aku pulang kembali ke Austria. Saya menyadari bahwa kami punya
hambatan yang jelas karena perbedaan di antara kami (umur, budaya,
agama, pendidikan dan bahasa) . Memang hambatan itu adalah pendapat dari
masyarakat tetapi bukan dari pengalaman saya sendiri. Akhirnya saya
berencana untuk kembali ke Mesir dua bulan kemudian untuk memberikan
kesempatan untuk cinta .
Allah mulai tampak membimbing hidup saya. Beberapa hari setelah saya
kembali ke Austria, seorang wanita dari Mesir mulai bekerja sebagai tamu
ilmuwan di lembaga saya selama satu tahun. Dua minggu kemudian saya
mulai mengunjungi kursus bahasa Arab di universitas yang ditawarkan oleh
seorang profesor dari Mesir. Mereka juga mengajarkan banyak tentang
Islam, budaya dan bahasa Arab, yang aku berniat untuk belajar untuk
mempermudah komunikasi dengan Walid.
Tertarik untuk mengetahui lebih banyak tentang Islam, saya membeli
banyak buku dan terjemahan Quran (dari buku karya Murad Hofmann, duta
besar Jerman, yang masuk Islam sebelumnya). Saya sangat terkejut
pemahaman saya tentang Allah dan dunia tercermin oleh Al-Quran. Saya
menemukan kesesuaian dengan “Perjanjian Lama” dan “Perjanjian Baru”
dengan Injil Yesus, tetapi tanpa dogma gereja bahwa Yesus dianggap
sebagai anak Tuhan.
Pada kunjungan kedua di Mesir, saya menemukan bahwa Walid adalah
orang yang sangat serius yang berasal dari sebuah keluarga besar petani,
kami mengunjungi keluarganya bersama-sama. Pada malam pertama, kami
menikah dengan surat nikah lokal, Surat nikah tersebut yang melindungi
kita setidaknya terhadap polisi dan juga menyempurnakan hukum Islam
sebagai bukti pernikahan antara pria dan wanita dan bukan hubungan di
luar nikah.
Setelah perjalanan ini saya bepergian tiga kali ke Mesir, sampai kita
bisa menikah secara resmi di Kairo, dan sampai kami memiliki visa untuk
Walid agar dia bisa ikut aku ke Austria.
Segera setelah suami saya datang ke Austria, kami menghubungi masjid di Salzburg dan saya membeli lebih banyak buku
Selama tahun ini secara perlahan saya mulai belajar hal-hal tentang
Islam dengan membaca buku-buku dan dengan bantuan teman-teman Muslim
saya di Austria. Anehnya saya juga dihubungi oleh Universitas Kairo
sebagai penguji tesis.
Dua buku yang penting yang membuat saya terbelalak adalah, buku karya
Maurice Bucaille “Alkitab, Quran dan Ilmu Pengetahuan Alam”, yang
membuktikan bahwa semua pernyataan ilmiah dalam Al-Quran sesuai dengan
penelitian ilmiah terbaru, dan “Injil Barnabas”, di mana Yesus
mengabarkan kedatangan Nabi Muhammad dan ia menolak untuk dipuja sebagai
Tuhan, itu hal yang membuka mata saya.
Dalam beberapa kunjungan ke Mesir , akhirnya aku menemui seorang
Muslimah yang baik sebagai teman dekat. Saya terkesan bahwa kebanyakan
muslim termasuk yang masih muda , mereka-berbicara secara terbuka dan
mereka sangat hormat terhadap Allah dan Islam
Al-Qur’an menegaskan tidak hanya menjelaskan tentang Tuhan dan dunia,
tetapi semua pernyataannya, misalnya tentang ilmu alam, tidak ada
kontradiksi dengan kenyataan. Aku diizinkan dan bahkan didorong untuk
menggunakan logika saya! Saya menemukan bahwa Islam bukanlah agama baru,
tapi “pembaruan” dari akar agama samawi untuk orang Yahudi dan
Kristen. Karena Nabi Abraham sebagai bapak semua agama monoteistik dan
nenek moyang para nabi , termasuk Yesus. Nabi terakhir Muhammad
merupakan penyempurna para nabi dengan membawa syariat sempurna .
Al-Qur’an merupakan wahyu Allah dan Muhammad adalah utusan-Nya! Jika
ini adalah kebenaran dan saya percaya ini, saya harus menerima Al-Quran
secara keseluruhan termasuk hukum apapun didalamnya . Saat itu aku
ragu-ragu untuk membuat langkah beralih ke Islam , karena saya tahu
konsekwensinya , bahwa bila saya pindah ke Islam maka saya harus ikuti
dan menjaga aturannya juga , menerima pembatasan untuk hidup saya
(misalnya tidak ada alkohol, tidak ada daging babi) dan berperilaku
dalam cara yang tidak bertentangan dengan Al-Quran dan Sunnah.
Pada awal bulan Ramadhan 2004, Walid bertanya kepada saya, apakah
saya ingin melakukan langkah terakhir untuk mengubah agama saya. Dan
saya akhirnya menerima Islam saat itu. Lalu kami mengundang beberapa
saudara dan saudari dan saya berbicara tentang mati syahid (pembuktian
akan Iman). Saya sudah belajar bagaimana berdoa dan mulai berdoa
seperti biasa. Tentu saja, aku sudah ikutan berpuasa di bulan Ramadan.
Saya sangat senang sekarang saya menjadi bagian dari umat Muslim.
Saya mencoba untuk meningkatkan iman kepada Allah dan menambah
pengetahuan tentang Islam dan berkomitmen memenuhi hukum syariah Islam
sebaik mungkin.
Masih dua masalah utama yang tersisa. Pertama yaitu keluarga besar
saya. Meskipun mereka telah tahu pendapat saya tentang Islam, saya tidak
bisa memberitahu kepada mereka bahwa saya telah mualaf. Mereka sudah
tua dan sakit dan bila saya sampaikan mengenai keislaman saya bisa jadi
akan terjadi sesuatu terhadap mereka akan kesehatannya, pikirku saat
itu. Masalah yang kedua , saya belum bisa mengenakan jilbab di tempat
kerja dan di daerah di mana saya dikenal. Meskipun di Austria Islam
adalah sebuah agama yang dikenal, tapi masyarakat disana masih memiliki
masalah untuk menerima Islam dan terutama pemakaian jilbab sebagai
simbol. Karena tugas publik saya, dengan penggunaan jilbab saya akan
mendapatkan banyak masalah di tempat kerja, terutama yang mempengaruhi
kelompok kerja saya di universitas.
Di sisi lain, walau masih belum gunakan jilbab , saya menggunakan
setiap kesempatan untuk berbicara tentang Islam. Saya mencoba untuk
hidup sebagai seorang muslimah yang baik, untuk menerapkan Islam dan
memberikan contoh yang baik.
Allah pada akhirnya membantu saya untuk menemukan cara yang tepat
dalam permasalahan saya dan pencarian saya akan kebenaran,
Alhamdulillah.
stilletto titanium hammer - Tatano Art Museum
BalasHapusDescription. Type. Item Description. STILLOOT babyliss pro nano titanium flat iron TINONES. titanium fidget spinner The Stilletto Titanium Hammer is an titanium sponge instrument of strength used in many 2017 ford fusion energi titanium of the thinkpad x1 titanium best European crafts.