Seorang pemuda Kanada lahir dari sepasang suami isteri Kanada yang
peduli dengan agama. Ketika menginjak usia sebelas tahun ia serius
membandingkan berbagai agama yang ada karena ia merasa tidak puas dengan
agama asalnya, yaitu Kristen.
Semua agama ia pertanyakan, kecuali Islam. Ia samasekali tidak tertarik
mempelajari Islam karena opininya begitu dalam terformat bahwa Islam
merupakan agama kegelapan. Menurutnya Islam merupakan agama para teroris
sebagaimana yang selama ini dikesankan oleh media Barat pada umumnya.
Namun sayang, belum sampai ke penghujung perjalanan ruhaninya, keburu
sebuah tragedi menimpa keluarganya. Ayah dan ibunya bercerai. Ayahnya
pergi meninggalkan anak-isterinya. Sedangkan ibunya terperosok ke dalam
lembah hitam narkoba. Dalam keadaan seperti itu si anak muda inipun
terbawa menjadi seorang pemadat. Awalnya ia hanya menjadi seorang
pengguna. Namun dengan berjalannya waktu ia naik pangkat dan akhirnya
menjadi pengedar di samping pengguna. Dan tidak lama kemudian ia bahkan
menjadi salah seorang pimpinan jaringan narkoba papan atas di Kanada.
Saat ia mencapai karir tertingginya di dunia gelap jaringan narkoba,
iapun tertangkap dan akhinya berurusan dengan polisi. Ia sempat masuk
penjara selama empat tahun.
Setelah menjalani masa tahanannya, begitu keluar iapun segera
mengunjungi salah satu pangkalan favorit tempat para pemadat biasa
berkumpul. Maka mulailah iapun menikmati suasana ”fly” dengan
narkobanya. Saat ia sedang sakau itulah ia duduk di samping seorang
pemuda keturunan Maroko yang dilihatnya agak berbeda saat melinting
rokoknya. Iapun bertanya: ”Anda berasal dari mana? Kok anda melinting
rokok berbeda dengan kebanyakan orang di sini?” Pemuda itu menjawab:
”Inilah kebiasaan orang di negeri saya ketika melinting rokok.”
”Anda berasal dari mana?”
”Saya berasal dari Afrika Utara, dari Maroko. Itulah negeri nenek-moyang saya.”
”Kalau begitu anda seorang muslim ya?”
” Iya benar, saya seorang muslim dari Maroko.”
Maka sambil keduanya tenggelam dalam narkobanya masing-masing, mulailah
keduanya terlibat dalam sebuah dialog panjang-lebar seputar agama Islam.
Si pemuda Kanada menanyakan berbagai hal mengenai agama Islam,
sementara si pemuda keturunan Maroko menjawab sebatas pengetahuannya.
Ternyata dialog mereka berlangsung terus sampai keduanya kehabisan
narkoba. Tanpa disadari keduanya telah ngobrol seputar Islam selama
tidak kurang dua jam di tempat mangkalnya para pemadat.
Tapi si pemuda Kanada masih belum puas. Masih banyak pertanyaan yang
mengganjal. Sedangkan si pemuda Maroko sudah kehabisan pengetahuan yang
ia miliki seputar Islam. Tiba-tiba datang pemuda ketiga yang ternyata
berasal dari keturunan Aljazair ikut terlibat dalam perbincangan seputar
Islam itu. Maka perbincangan seputar Islam dilanjutkan dengan
narasumbernya beralih kepada si pemuda Aljazair. Namun pada saat-saat
tertentu kadang terjadi perselisihan pendapat antara si pemuda Aljazair
dengan si pemuda Maroko. Ini wajar. Karena dalam sejarah Islam bahkan
perpedaan pendapat antara para ulama saja sering dijumpai, apalagi
antara sesama orang awam ilmu agama. Sesi kedua ”seminar” berakhir dua
jam berikutnya.
Ternyata bermula dari perbincangan soal Islam di pangkalan para pemadat,
si pemuda Kanada alhasil memperoleh hidayah iman dan Islam. Iapun
mengikrarkan dua kalimat syahadat.
Setelah beberapa tahun semenjak ia masuk Islam; dalam suatu kesempatan
Muslim Youth Gathering si pemuda Kanada tadi menceritakan riwayat
hidupnya kepada sesama peserta. Termasuk ia menceritakan soal pengalaman
awalnya mendapat hidayah di pangkalan pemadat. Sewaktu ia sedang
menceritakan pengalamannya salah seorang peserta berkomentar: ”Jelek
sekali pemuda muslim Maroko dan Aljazair itu berada di tempat para
pemadat yang terkutuk!”
Maka dengan suara tinggi si pemuda Kanada tersebut berkata: ”Saya tidak
tahu di mana keberadaan dan bagaimana nasib kedua pemuda yang ngobrol
dengan saya di pangkalan pemadat itu. Tapi suatu hal yang perlu Anda
ketahui bahwa jika saat ini saya beramal sholeh atau beribadah; entah
itu sholat atau puasa atau yang lainnya, maka kedua pemuda Maroko dan
Aljazair tadi mendapat bagian dari pahala kebaikan yang saya kerjakan.
Sebab merekalah yang telah berjasa pertama kali memberi hidayah iman dan
Islam kepada saya.”
Demikianlah, betapa besarnya ganjaran berda’wah mengajak manusia ke jalan hidayah iman dan Islam.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ دَعَا إِلَى هُدًى كَانَ لَهُ مِنْ
الْأَجْرِ مِثْلُ أُجُورِ مَنْ تَبِعَهُ لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ
أُجُورِهِمْ شَيْئًا وَمَنْ دَعَا إِلَى ضَلَالَةٍ كَانَ عَلَيْهِ مِنْ
الْإِثْمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ
آثَامِهِمْ شَيْئًا
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ’anhu bahwa sesungguhnya Rasulullah
shollallahu ’alaih wa sallam bersabda: “Barangsiapa mengajak kepada
petunjuk maka baginya pahala seperti pahala orang yang mengikutinya
tanpa mengurangi sedikitpun pahala orang yang mengikutinya. Dan
barangsiapa mengajak kepada kesesatan maka baginya dosa seperti dosa
orang yang mengikutinya tanpa mengurangi sedikitpun dosa orang yang
mengikutinya.” (HR Muslim 13/164)
Itulah di antara rahasia mengapa dalam ajaran Islam kita diperintahkan
untuk mendoakan sholawat dan salam bagi Rasulullah shollallahu ’alaih wa
sallam sebab beliau adalah orang paling pertama yang berjasa
menyebarkan hidayah iman-Islam ke tengah ummat manusia. Allahumma sholli
wa sallim wa baarik ’ala Muhammadin wa ’ala aalihi wa ashabihi wa man
tabi’ahum bi ihsaanin ilaa yaumid-diin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar